”Blog Marketing”, Sebuah Potensi?

Marketing melalui internet adalah sarana murah dan efektif untuk menemui calon konsumen. Namun demikian, untuk sukses berdagang di internet tidak semudah melempar promosi. Perusahaan harus jeli melihat pasar di jagat online yang sesungguhnya. Dalam hitungan tiga tahun, semenjak beredar awal 2003 hingga akhir 2006, terhitung ada lebih 120 juta pengguna blog (Alan Gwen 09/2006). Sedangkan The Blog Herald (05/2005), tanpa bermaksud memastikan, menyebutkan jumlah blogger (pengguna blog) tahun 2005 sudah mencapai 200-500 juta.

Sebagian besar blog masih bertahan dalam “tabiat” aslinya, yakni untuk ajang narsistik seseorang, sebagian untuk apresiasi ilmu-pengetahuan, sebagian kegiatan sosial, dan sedikit untuk kegiatan bisnis. Namun untuk yang terakhir ini justru sekarang sedang diburu banyak pelaku bisnis. Majalah BusinessWeek Juli 2006 lalu memperkirakan blog bisnis mencapai 25 juta yang meliputi korporat, bisnis menengah, dan perseorangan.

Umpan balik

Memang, penemuan baru di internet berdampak pada perubahan “perilaku” pengguna, terutama para blogger. Jika sebelum 2003, media komunikasi (e-mail) dan informasi (website) masih terpisah, blog hadir sebagai bentuk perkawinan keduanya. Lahirlah karakter media online yang tidak lagi monolog, melainkan interaktif, efektif, dan murah, bahkan gratis bagi siapa saja. Seorang pengamat web, Steven Streight (2004) mendeskripsikan blog sebagai sebuah landasan komunikasi, konektivitas, dan interaktivitas yang memungkinkan para pengguna yang tidak memiliki keahlian HTML dengan cepat dan mudah menerbitkan web untuk pemirsa secara umum; menjadi pendemokrasian dari penerbitan isi web, kebangkitan yang revolusioner dari akses bersama ke internet content.

Pendek kata, Streight ingin menunjukkan bahwa blog serupa “situs web tipis” yang tetap memiliki kekuatan sebagai mana web, namun sang pengguna awam bisa mengetahui dan menggunakan secara teknis. Di tengah-tengah perayaan besar kaum bloggerist, muncul satu pertanyaan, bagaimana cara memenangi pertarungan marketing di medan ini?

Pertanyaan tersebut mendapat respons serius dari seorang konsultan blog marketing, Jeremy Wright. Dalam bukunya Blog Marketing (2005) Wright berpikir mendasar bahwa memiliki sebuah blog tanpa mengetahui tujuan akan seperti seekor penguin berjalan melalui Central Park; menarik untuk dilihat, tetap tidak akan membantu siapa-siapa. Bagi Wright, blog bukan sekadar media penyiaran, melainkan sarana komunikasi bebas antara penjual dan pembeli. Blog memberi kesempatan kepada perusahaan agar semaksimal mungkin menciptakan penjelasan yang baik kepada pembaca. Blogger yang baik adalah mereka yang tidak sekadar berharap menerima komentar, namun juga harus mampu merespons umpan balik, baik yang postif maupun negatif kepada para pembacanya. Umpan balik, menurut Wright, adalah peluang terbaik yang harus dimanfaatkan untuk memenangi persaingan promosi.

Pola komunikasi

Jika blog individu dikelola sesuai selera personal, blog marketing harus dikelola secara resmi. Perusahaan harus membentuk tim untuk melakukan hal ini. Sekalipun blog resmi tujuannya murni untuk promosi, namun isinya harus beda dari penayangan iklan model media cetak atau website. Blog resmi dituntut untuk menyajikan ulasan-ulasan yang terjadi dalam dunia industri; proses produksi, kerja tim karyawan, perkembangan industri, gaya hidup, termasuk kegiatan sosial perusahaan. Masih menurut pendapat Wright, keaktifan berinteraksi adalah kata kunci dalam blog. Membalas surat dalam waktu 5 jam adalah baik, 1 jam lebih baik. Ibarat the signpost (papan tanda), blogger harus mampu melakukan dua hal. Pertama, menginformasikan kepada para pembaca tentang informasi-informasi yang bermanfaat. Kedua, menunjukkan jalan ke informasi lain yang lebih bermanfaat.

Dunia cyber tak kenal batas normal dan moralitas. Namun demikian, kita harus percaya bahwa di balik semua itu tetap banyak pembaca yang setia menunggu dengan antusias apa kata “papan tanda” yang dapat dipercaya. Karena itulah, penting kiranya seorang marketing bersikap sabar dan tidak boleh terjebak pada kemarahan dengan setiap omongan yang tidak dikehendaki. Asumsinya, dengan penjelasan yang baik, secara otomatis yang negatif akan terjawab dengan sendirinya. Namun demikian, kita harus sadar bahwa belajar strategi dan pengalaman dari blog yang selama ini sukses masih berada di perusahaan-perusahaan besar (korporat). Bagi perusahaan kecil tentu urusannya lain. Apalagi jika perusahaan tersebut bergerak dalam bidang jasa (nonproduk) atau perusahaan produksi skala menengah ke bawah.

Alhasil, blog memang menjanjikan kemudahan. Namun kemudahan tersebut masih dalam tataran teknis. Untuk keberhasilan marketing tentu membutuhkan pemikiran dan eksperimen tersendiri yang menuntut keringat dan pemikiran jenius. Selamat berusaha! *** (naskah ini pernah dimuat di http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/2007/112007/08/cakrawala/lainnya03.htm)

Siti Nur Aryani
Alumnus Fakultas Teknologi Informasi ITB, konsultan TI.

Comments

Popular Posts